SwasembadaWaspadai Mafia Pintu Air Saat Tanam Gadu

Waspadai Mafia Pintu Air Saat Tanam Gadu

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Kondisi geografis pertanian di wilayah pantai utara (pantura) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat sebagai daerah lumbung padi nasional selalu  dipersoalkan dengan kurangnya cadangan air bagi pertanian saat musim tanam gadu setiap tahun. Sebagai daerah hilir penerim manfaat dari bendung rentang Majalengka, pasokan penyediaan air untuk wilayah Kecamatan Krangkeng, Kerangampel, Juntinyuat, Balongan, Indramayu, Arahan dan Cantigi untuk Pantura Indramayu kota masih tanda tanya akan terpenuhinya kebutuhan air bagi lahan pertanian.

Begitupun kondisi lahan diwilayah Lohbener, Losarang, Kandanghaur dan Terisi yang mengandalkan pasokan dari Bendung Rentang di prediksi akan kembali mengalami gagal panen, jika sistem gilir giring yang sudah mulai di berlakukan tak sesuai fakta dilapangan, sehingga berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan pasokan air bagi ribuan hektar lahan diwilayah tersebut.

Pantauan dilapangan, beberapa daerah lahan pertanian diwilayah tersebut saat ini membutuhkan pasokan air guna kelangsungan tanam gadu MT 2019/2020, mengingat debit air yang digelontorkan saat ini masih jauh dari harapan. Kondisi suplai air dari debit Bendung Rentang menjadi tanda tanya besar jika bertahan pada suplai masing-masing dibawah 26 kubik per detik untuk wilayah Induk Sindupraja dan Cipelang, pasalnya volume debit yang disuplai saat ini jika pada angka yang disebutkan di atas tak berlangsung lama diprediksi tidak akan mampu memberikan jaminan penyelamatan bagi puluhan ribu hektar lahan pertanian musim tanam gadu di wilayah Pantura Indramayu. Apalagi dengan kondisi yang terjadi saat ini suplai air dari bendung rentang saat ini hanya kisaran 16 kubik per detik, maka tak mungkin menjangkau sasaran ditambah lagi, dugaan munculnya mafia air berkedok gilir giring masih ditemukan dilapangan, sehingga dibutuhkan kewaspadaan dari seluruh petani di wilayah Kabupaten Indramayu.

Dandim 0616 Indramayu, Letkol Kav Agung Nur Cahyono, sudah melakukan pemetaan areal pertanian di Indramayu barat yang berpotensi mengalami kekeringan di musim Gadu MT 2019 ini. Hal itu berdasarkan informasi yang diterima dari Koramil atas keluhan warga terkait kekurangan air.

“Ini baru potensi kekeringan, sementara  yang sudah mengeluh kekurangan air di wilayah Kandanghaur, sebagian Losarang yang baru musim tanam,” ungkap Dandim dihadapan wartawan.

Untuk mengantisipasi kekeringan terjadi di Wilayah yang sudah berpotensi tersebut, Agung meminta semua pihak, tak terkecuali petani untuk mengawasi proses pengairan yang sudah terjadwal.

Menurutnya, mafia air tersebut tidak boleh ada apalagi sampai dipelihara secara terus-menerus, karena keberadaanya sangat menggangu petani.

“Manakala ada indikasi mafia air, segera laporkan,” tegasnya.

Ia menegaskan, untuk menindak adanya dugaan mafia air dilapangan, pihaknya meminta kepada semua pihak agar menginformasikan kepada pihak berwajib kapan dan dimana pun praktek jual beli air dilokasi permainan pintu – pintu air secepatnya.

Sementaraitu, potensi dan dugaan adanya praktek mafia air terjadi diwilayah intek pintu air dan irigasi yang didalamnya terdapat usaha pompanisasi yang dikelola oleh Poktan, Pemdes dan warga masyarakat petani. Bagaimana tidak, karena usaha pompanisasi merupakan langkah percepatan tanam yang dikelola oleh kelompok tertentu tanpa melihat kondisi pasokan air yang ada dan berkembang selama ini, sehingga jika gagal dari usaha pompanisasi tersebut maka akan mengalami kerugian dan hilangnya kepercayaan masyarakat petani.

“Diwilayah kami, untuk proyek pompanisasi dipungut 4 kwintal per hektar,” tutur sumber yang dirahasiakan.

Fenomena lain yang terjadi adalah adanya usaha dari oknum tertentu bekerja sama dengan Pemdes dan petani dalam menyediakan pasokan air untuk mengairi lahan pertanian dengan tarif Rp1,5 hingga 2,5 juta per hektar. Mereka melakukan transaksi disiang hari dan malam harinya air pesanan tersebut disalurkan kepada pemasan bekerja sama dengan penjaga pintu dari hulu hingga hilir saluran irigasi.

“Waspadai praktek itu masih terjadi hingga sekarang, apalagi kondisi debit air sekarang sudah mulai digilir,” tutur Kuwu diwilayah Lohbener.

ads

Baca Juga
Related

Dua Petinggi CSI Divonis 7 Tahun Penjara

CIREBON,(Fokuspantura.com),- Setelah melalui proses persidangan yang cukup panjang dan...

Satpol PP Bongkar Bangli Sepanjang Jalan Tambak

INDRAMAYU ,(Fokuspantura.com) – Sejumlah bangunan liar (Bangli) di Jalan...

Dukung Tanjungpura Agrowisata, Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field Tanam Seribu Pohon

INDRAMAYU,(Fokuspantura.con),- PT. Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field mendukung Desa...

Dua Gugatan Kubu Moeldoko Ditolak PN Jakarta Pusat

JAKARTA,(Fokuspantura.com),- Dua gugatan oleh kubu KSP Moeldoko yakni gugatan...
- Advertisement -

FokusUpdate

Popular

Mau copas berita, silahkan izin dulu
Mau copas berita, silahkan izin dulu