JAKARTA,(Fokuspantura),- Tayangan film Dilan di bioskop selama pekan ini menjadi trandding topik, pasalnya film yang dibintangi oleh Iqbal CJR, mampu membuat para netizen terkesima dan kagum akan kata rayuan dan sikap yang unik pada lakon Dilan. Hal ini memberikan inspirasi bagi netizen untuk menyindir bahkan mengkritik sesuatu hal di media sosial, hingga viral mengarah pada salah satu partai politik. Sebut saja Partai Keadilan Sejahtera(PKS) yang memulai menggunakan ikon maskot Dilan.
Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera(PKS), melalui akun resmi twitternya. partai berlogo padi dan kapas ini menggunakan DILAN sebagai salah satu maskot partai. Seperti pada twit nya “Jangan makan banyak, kamu akan berat, biar aku saja”.
Humas DPP PKS menjelaskan bahwa Dilan salah satu maskot partai yang mencerminkan kader yang rajin,disiplin dan visioner. Kendati demikian PKS mengambil kesempatan tersebut agar pemilih pemula dari kalangan muda-mudi ikut juga berpartisipasi dengan partai ini. Adapun nama yang maskot tersebut yaitu “ Sahabat Muda “.
Sebelumnya, PKS menjelaskan 5 maskot yang dimiliki, yaitu Kea, Adi, Dilan, Tera, dan Eja, sudah dibuat beberapa tahun lalu. PKS menyebut nama Dilan memang memiliki kesamaan dengan yang ada di novel dan film ‘Dilan 1990’
“Sudah lama dibuat, sekitar 3 tahun. Tapi memang selaras dengan yang di novel dan film,” ujar Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengutip detik.com
Nama maskot-maskot itu adalah penggalan dari ‘Partai Keadilan Sejahtera’. Nama yang dipilih pun adalah nama yang mewakili generasi muda.
Netizen sontak bertanya dan kaget perihal apakah memang ada kontrak maupun kesepakatan dari ayah alias penulis dengan partai tersebut seperti yang di komentari oleh Akun twiter Abi Hasanto.
Sementara penulis novel Dilan, Pidi Baiq memberikan komentar terkait karyanya yang dipakai partai politik, ia menjelaskan bahwa tidak ada kontrak maupun kesepakatan yang dilakukannya dengan partai yang bersangkutan.
“Saya diundang oleh PKS untuk jadi narasumber yang bicara soal kebudayaan, ya saya datang, tapi demi tuhan, saya bukan orang PKS,saya sama sekali bukan aktivis PKS, karena selain PKS saya juga diundang partai lain untuk jadi narasumber untuk bicara seni dan budaya,“ tegasnya.
Dosen ITB mengaku mendapat pelajaran dari peristiwa ini, bahwasannya ia tidak akan lagi mau diundang partai politik sekalipun untuk membicarakan seni dan kebudayaan.
“Sejak peristiwa ini, saya tidak akan pernah lmau lagi kalau diundang partai manapun untuk menjadi narasumber, mendingan main skatebord beesama si juhe “ pungkasnya