INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Lahan pertanian di enam kecamatan wilayah barat Kabupaten Indramayu yakni Kecamatan Sukra, Patrol, Anjatan, Bongas, Gabuswetan dan Kecamatan Kandanghaur serta sejumlah Kecamatan di Kabupaten Subang yaitu Kecamatan Compreng, Pusaka Jaya, Pusaka Ratu dan juga sebagian wilayah Kecamatan Pamanukan, dalam kurun waktu 420 hari disinyalir akan mengalami penurunan supply air baku.
Permasalahan tersebut disampaikan sejumlah unsur pimpinan tingkat kecamatan, pada acara sosialisasi pelaksanaan proyek Pekerjaan Non Regret Measures DI. Jatiluhur dengan jenis pekerjaan pembuatan Siphon dan Kantong Lumpur ; Bendung Salamdarma, Bendung Barugbug dan Bendung Gandung, sesuai kontrak kerja nomor HK.02.01/PPK-IRG.I/SNVT-PJPAC/01/2023 tanggal 26 Januari 2023 dengan jangka waktu pelaksanaan selama 420 hari kalender sampai dengan bulan Maret 2024, yang dihadiri langsung PPK Irigasi dan Rawa l BBWS Citarum, Pelaksana Project PT. Nindya Karya, Konsultan Project, PT. Virama Karya Persero, serta perwakilan masing-masing kecamatan wilayah irigasi Bendung Salamdarma, bertempat di aula Kantor Kecamatan Anjatan, Selasa, 21 Pebruari 2023.
Pasalnya, areal pertanian di wilayah kecamatan tersebut, selain dibantu curah hujan, air baku yang mengaliri lahan pertanian bersumber dari Bendung Salamdarma melalui saluran induk Bugis, dimana dalam beberapa hari kedepan akan dilangsungkan pekerjaan pembuatan siphon dan kantung lumpur Bendung Salamdarma, ditambah kondisi Saluran Sekunder (SS) saat ini mengalami penyempitan dan pendangkalan, sehingga penurunan debet air pada Saluran Induk Bugis distribusi airnya tidak maksimal dan dimungkinkan akan terjadi kekurangan air di wilayah hilir, terutama pada musim gadu 2023.
Camat Anjatan, Rory Firmansyah, mengatakan, untuk Musim Tanam (MT) 2023 di musim penghujan kondisi air cukup aman, akan tetapi pada saat musim gadu (kemarau-red) kebutuhan air hanya mengandalkan supply Salamdarma, sementara kondisi SS terjadi pendangkalan dan penyempitan, dengan kondisi tersebut tanpa adanya pekerjaan siphon, petani di wilayah hilir terkadang kesulitan air, sehingga dikawatirkan dengan adanya penurunan supply air maka distribusi air baku hanya cukup mengaliri wilayah hulu saja, untuk itu perlu dilakakukan pembenahan SS pula, jangan sampai adanya pembangunan siphon dengan maksud meningkatkan suply air dari Saluran Tarum Timur (STT) di masa datang, akan menjadi kendala pada produksi pangan di tahun ini.
“Untuk musim penghujan masih aman, bagaimana nanti musim gadu, jadi kami mohon agar Saluran Sekunder juga perlu dilakukan pembenahan,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Camat Compreng, Endang Herdiana, mengungkapkan, pihak balai hendaknya melakukan pemetaan terlebih dahulu bersama pihak PJT tentang kebutuhan air di musim gadu, karena pada situasi normal pada musim gadu masih kekurangan air dan dengan adanya pekerjaan di Bendung Salamdarma akan menjadi kekawatiran bagi petani di wilayahnya, selain itu project sodetan STT yang melintasi Sungai Cipunegara untuk pekerjaan Siphon masih belum rampung, padahal jika sudah difungsikan sodetan tersebut akan menjadi suply tambahan SS.Pamanukan yang mengaliri lahan pertanian wilayah Kecamatan Compreng dan sekitarnya.
“Meski SS.Pamanukan sudah dinormalisasi akan tetapi jika debet airnya kecil maka di musim gadu petani masih kesulitan air,” ungkapnya.
Menanggapi permasalahan tersebut, PPK Irigasi dan Rawa l BBWS Citarum, Muhammad Farij, mengatakan, permasalahan yang terjadi di Bendung Salamdarma adalah adanya kekurangan supply air irigasi di Saluran Induk Bugis yang berdampak pada intensitas tanam, karena selama ini supply air STT tertampung dulu di Sungai Cipunegara sehingga suplly air ke Saluran Induk Bugis tidak maksimal, untuk itu guna mengembalikan intensitas tanam yang optimal maka diperlukan suplesi lebih dari Saluran Tarum Timur dengan membangunan siphon Salamdarma.
“Dengan dibangunnya Siphon Salamdarma, diharapkan intensitas tanam dapat kembali normal,” kata Farij.
Kemudian, lanjut Farij, adanya permasalahan sedimentasi yang menyebabkan penurunan kapasitas saluran irigasi, maka dibangun pula desilting basin (kantong lumpur – red) guna meminimalisir sedimen yang masuk ke Saluran Induk Bugis.
“Kantong lumpur yang dibangun di Bendung Salamdarma dimaksudkan untuk mengurangi sedimentasi Saluran Induk Bugis yang juga berpengaruh pada kondisi fisik Saluran Sekunder,” terangnya.
Farij juga menegaskan, optimalisasi STT juga bukan hanya sebatas pembangunan siphon dan kantung lumpur saja, melainkan pembenahan semua saluran-saluran sekunder juga masuk skala prioritas pembangunan, yang mana pada saat ini juga sedang dalam proses lelang tender, diharapkan pada beberapa bulan kedepan kisaran bulan April atau Mei pekerjaannya sudah bisa dilaksanakan, adapun untuk distribusi air selama proyek berlangsung untuk sementara akan terganggu tapi paling tidak akan diminalisir.
“Kalau terganggu sih iya tapi paling tidak akan dapat diminimalisir,” tandasnya.
Terkait