INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- SMA Negeri 1 Jatibarang, Kabupaten Indraamayu, Jawa Barat menjadi pionir sosialisasi buku kumpulan puisi “Minyak Goreng Memanggil” melalui program Apresiasi dari ruang kelas.
Kegiatan apresiasi tersebut diprakarsai penyair Acep Syahril sejak tahun 1993, sebuah karya dari ruang kelas melibatkan 40 orang siswa dan tiga orang guru pendamping berlangsung di Gedung Pertemuan SMA Negeri 1 Jatibarang, Kamis, 16 Juni 2022 mendatang.
Kepala SMA Negeri 1 Jatibarang, Pramudia, merasa tersanjung ketika sekolahnya dipilih sebagai
kegiatan bedah buku yang berisi karya-karya puisi penyair Indonesia yang isinya merekam dan mengabadikan persoalan sosial tentang “minyak goreng”. Seperti diketahui, persoalan “Minyak Goreng” sempat menyita perhatian dunia beberapa waktu lalu.
Buku kumpulan puisi “Minyak Goreng Memanggil” yang diterbitkan Siger Publisher dengan kurator Isbedy Stiawan ZS dan Mustafa Ismail ini memuat 136 puisi karya 58 penyair Indonesia, antaranya: Acep Syahril, Ariyani Isnamurti, Bambang Widiatmoko, Denting Kemuning, D. Zawawi Imron, Eddy Pranata PNP, Ence Sumirat, Isbedy Setiawan ZS Mustafa Ismail, Nanang R. Supriyatin, Putri Bungsu, Prawiro Sudirjo, Tarmizi Rumahitam, Vito
Prasetyo, Wawan Hamzah Arfan, Wawan Kondo dan lain-lain.
Persoalan minyak goreng yang didokumentasikan dalam bentuk karya sastra itu oleh Acep Syahril dianggap sebagai karya monumental dari suatu peristiwa sosial yang memiliki nilainilai history, atau sejarah menyakitkan dari suatu zaman.
“Bagaimana tidak. Indonesia sudah menjadi produsen minyak sawit nomor satu di dunia sejak 2006. Berdasarkan data Indexmundi.com, bahkan menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) angkanya menembus 46,8 juta ton per tahun. Produksi sebesar itu didukung oleh ketersediaan lahan perkebunan yang luasnya mencapai 15,1 juta hectare,” ujar Acep.
Oleh sebab itu para pelajar Indonesia juga harus mengetahui persoalan tersebut, agar kepekaan mereka terasah untuk ikut perduli terhadap berbagai persoalan yang kira-kira dapat mengancam berbagai asset bangsa yang berhubungan dengan kelangsungan hidup mereka
sebagai generasi pewaris negeri ini, pungkas Acep Syahril menegaskan.