LOSARANG,(Fokuspantura.com),– Ketua Bidang Kedaulatan Pangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Mari Sejahterakan Petani (MSP), Carkaya, menyatakan sekitar 17 kecamatan di Indramayu terserang wabah ‘wereng’ dan virus ‘tungo’ (klowor). Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap produksi padi yang ditargetkan pemerintah.
“Selain itu juga petani mengalami kerugian. Biasa 1 hektar panen dapat 7 hingga 8 ton, sekarang ini untuk menghasilkan 6 ton saja sudah berat,” terangnya.
Menurut Carkaya, fenomena tersebut disebabkan karena meningkatnya intensitas serangan hama wereng. Salah satu penyebabnya adalah lahan yang terus menerus dipacu tanam, tanpa diistirahkan.
“Ini harus menjadi perhatian pemerintah dan pemerintah perlu tinjau ulang program terkait masalah ini,” imbuhnya.
Oleh karena itu, lanjut Carkaya, agar perlunya lahan diistirahatkan untuk memutus siklus hama, dan itu perlu menjadi pertimbangan pemerintah. Upaya lain yakni, pemerintah juga perlu kembali melaksanakan Sekolah Lapang Pengendali Hama Terpadu (SLPHT) dan Sekolah Lapang Iklim (SL-Iklim) secara masif dan terstruktur.
“Hal tersebut bertujuan agar petani lebih bijak dalam menggunakan pestisida, dan memahami kondisi iklim lokal agar petani lebih responsif dalam mencegah dah menghadapi hama dan penyakit,” Jelasnya
Menurutnya, negara harus hadir ikut mengurusi persoalan pangan terutama beras, tidak hanya mengurus aspek hulu. Namun hilirnya pun terkait harga juga sangat penting.
“Ini penting agar bagaimana petani dapat untung sejahtera, pedagang untung, dan konsumen dapat membeli dengan harga yang pantas,” ucapnya.
Panen raya
Dalam pada itu, Masyarakat Peduli Pangan (Mapan) bersama komunitas petani Mari Sejahterakan Petani (MSP) menggelar kegiatan panen raya padi di Desa Pegagan Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, pada hamparan sawah seluas 4.000 hektar, Minggu (30/7).
Ketua Mapan Indramayu, Sutrisno mengungkapkan, produksi padi pada panen ini mencapai 6 hingga 7 ton per hektar. Di antaranya varietas Mekongga dan Ciherang. Varietas yang banyak diminati petani juga dipanen, seperti MSP 02 dan 13 serta varietas lokal lainnya.
Sutrisno menegaskan, gabah yang dipanen dan dihasilkan petani di Indramayu dibeli dengan harga cukup tinggi yakni di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) oleh pelaku usaha atau pengepul. Harga gabah yakni Rp 4.200 hingga Rp 4.800 per kg.
“Harga gabah lumayan tinggi, mudah-mudahan petani untung. Biasa, begitu ada penen para pembeli itu berdatangan ke lokasi, mereka para pedagang beras. Rata rata Rp 4.200 sampai Rp 4.800 per kilogram gabah kering panen, dan itu di atas HPP,” tegasnya.
Selain itu, kegiatan panen raya ini juga diisi diskusi berbagai persoalan pertanian dari hulu ke hilir, diikuti petani dan kelompok tani.
Anggota DPR RI Komisi IV, Ono Surono ST, yang juga mengikuti panen raya padi bersama petani mengatakan, adanya penurunan hasil panen di sejumlah kecamatan di Indramayu, selain karena faktor cuaca juga karena bantuan pemerintah yang lamban dalam menangani masalah pertanian, sehingga petani dibiarkan mencari solusinya masing-masing.
Mengingat kondisi tersebut, lanjut Ono, petani harus diasuransikan. Hal itu guna mengantisipasi gagal panen. Ketika mengalami gagal panen bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah, dari asuransi yang sudah dibayarkan preminya oleh petani.
“Preminya sebagian sudah disubsidi oleh pemerintah, petani hanya membayar sekitar 36 ribu, dan akan mendapat klaim 6 juta, apabila mengalami kegagalan sekitar 70 persen,” ungkapnya
Menurutnya, terkait asuransi tersebut, petani perlu juga diberi pemahaman, kesadaran, agar mempunyai asuransi pertanian.
“Sementara pemerintah pusat menyediakan asuransi di seluruh Indonesia satu juta hektar, setiap kabupaten akan di alokasikan berdasarkan proporsionalitas,” kata Ono. (Didi)