INDRAMAYU,(Fokuspantura.com).- Kondisi kekeringan yang melanda tiga wilayah Kecamatan di Kabupaten Indramayu saling klaim luas hamparan. Kementerian Pertanian RI yang disampaikan Badan Karantina Pertanian Propinsi Jawa Barat merilis 258 hektar lahan puso, sementara Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu merilis 649 hektar lahan puso.
Kordinator Upsus Pajale Propinsi Jawa Barat, Banun Harpini mengatakan, luas hamparan puso di Kabupaten Indramayu mencakup tiga Kecamatan yakni Gabuswetan, Kandanghaur dan Losarang hanya berkisar 258 hektar. Sementara kekeringan yang terjadi saat ini berpotensi gagal panen seluas 6.528 hektar meliputi kategori ringan 3.107 hektar,kategori sedang 1.095 hektar dan kategori berat atau puso 258 hektar.
“Penyebab utamanya, musim kemarau, sehingga debit air menurun, kapasitas bendung Rentang hanya dapat mengaliri 60 ribu hektar lahan datah hujan, sedangkan luas tanam mencapai 90 ribu hektar, sehingga jika tidak turun hujan beresiko gagal panen,” tuturnya usai memberikan pernyataan dalam Rakor Penglolaan Air Indramayu dan Cirebon, Selasa (31/7/2018), di Aula Ki Tinggil Seda Indramayu kemarin.
Menurutnya, sejumlah areal yang berpotensi puso akan ditetapkan gilir giring khusus selama tujuh hari kedepan sejak 1 – 8 Agustus 2018 itu, untuk menyelamatkan sekitar 6.528 hektar, selanjutnya ditetapkan gilir biasa, mengingat luasan potensi gagal panen sangat besar.
“Kita berani menentukan tujuh hari kesana semua, karena yang lain posisinya sudah panen atau yang tadi lewat masih hijau-hijau dan memang airnya tersedia,”tuturnya.
Diharapkan, target tanam di Kabupaten Indramayu dengan luas Kabupaten Indramayu 140 ribu, sementara target april september (Apsep) sekitar 121.300 hektar, dengan target sudah masuk sesuai data yang diterima april seluas 115.200 hektar dan untuk capaian april september, target tanam di Kabupaten Indramayu sudah 95 persen.
“Nantio bulan juli agustus targetnya 5000, makanya ini himbauan, kalau kira-kira airnya airnya tidak bisa menjamin untuk memadai, maka diharapkan petani tidak fokus pada tanaman padi bisa menggunakan jagung dan kedelai.”terangnya.
Berbeda, Pemkab Indramayu melalui Plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Takmid Sarbini mengungkapkan, kondisi tanaman padi kekeringan yang terjadi saat ini mengalami perubahan. Berdasarkan data insidentil yang diterima dari Satuan Pelayanan BPTPH Wilayah III Indramayu jumlah areal kekeringan per 30 Juli 2018 sebanyak 649 hektar mencakup empat Kecamatan yakni Kecamatan Losarang, Gabuswetan, Kandanghaur dan Balongan.
“Data yang disampaikan Bu Banun mungkin masih data lama insidentil per 21 Juli 2018 saya juga punya, ini data per hari ini,”kata Takmid.
Menurutnya, luas tanam di Kecamatan Gabuswetan sebanyak 5.950 ha usia tanam, 35-80 HST, kondisi yang terancam puso mencapai 394 hektar dan lahan puso sebayak 187 hektar, sementara Kecamatan Losarang luas tanam 4.651 hektar usia tanam 45-80 HST hanya tercatat 183 hektar kondisi lahan berat sedang dan ringan sebanyak 1.874hektar dengan jumlah lahan puso 396 hektar. Untuk Kecamatan Kandanghaur total lahan tanam 4.127 hektar, usia tanam 3-75 HST kondisi tanaman berat sedang dan ringan berjumlah 1.787 hektar dengan lahan puso sebanyak 100 hektar.
“Dalam data terbaru ini untuk kondisi tanaman se Kabupaten Indramayu MT gadu 2018, jumlah lahan kondisi kekeringan ringan 2.680 ha, kondisi sedang 1.851 ha, kondisi berat 1.454 ha, kondisi puso 694 hektar jumlah keseluruhan 6.679 hektar dan luas lahan yang terancam puso 5.139 hektar,”tuturnya.
Ironis lagi, Kepala BPP Losarang, Warum mengatakan, selama proses gilir giring air yang digelontorkan baik melalui irigasi rentang maupun irigasi Cipanas II per 25 Juli 2018, dari 11 Desa yang ada di Kecamatan Losarang hanya 10 desa yang dapat terairi yakni Desa Santing, Desa Muntur, Desa Krimun, Desa Losarang, Desa Puntang, Desa Jangga, Desa Pegagan, Desa Rajaiyang, Desa Jumbleng dan Desa Pangkalan.
“Hasilnya hanya Desa Ranjeng seluas 360 hektar yang tak berhasil terairi, karena jarak tempuh lahan dengan irigasi yang paling sulit dijangkau,”katanya.
Ia menjelaskan, luasan Desa Santing 430 ha, hanya sekitar 74 ha sementara yang tidak terairi sekitar 357 ha, Desa Muntur luas lahan 445 ha, hanya sekitar 72 ha bisa terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 372 ha, Desa Krimun luas lahan 351 ha, hanya sekitar 96 ha bisa terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 314 ha, Desa Losarang luas lahan 410 ha, hanya sekitar 81 ha bisa terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 270 ha, Desa Puntang luas lahan 415 ha, hanya sekitar 208 ha yang terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 207 ha, Desa Jangga luas lahan 470 ha, hanya sekitar 173 ha yang terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 297 ha, Desa Pegagan luas lahan 475 ha, hanya sekitar 323 ha yang bisa terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 25 ha, Desa Rajaiyang luas lahan 385 ha, hanya sekitar 323 ha yang bisa terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 152 ha, Desa Jumbleng luas lahan 410 ha, hanya sekitar 371 ha yang bisa terairi, sementara yang tidak terairi sekitar 39 ha, Desa Pangkalan luas lahan 500 ha, sekitar 500 ha yang bisa terairi, sementara yang tidak terairi tidak ada.