INDRAMAYU,(Fokuspantura.co),- Kekeringan kembali menghantui tanaman padi di Kabupaten Indramayu. Hal itu terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Kandanghaur, di antaranya Desa Karangmulya, Wirapanjunan, Karanganyar, Ilir dan Wirakanan. Di wilayah tersebut, lebih dari 1.000 hektare tanaman padi kini sudah sekarat karena tak kunjung mendapat pasokan air. Jika tak segera diairi, tanaman padi terancam puso (gagal panen). Kondisi tersebut diperparah dengan cuaca panas setiap harinya.
Tanah di areal persawahan di desa-desa itu sudah retak-retak dan mengeras. Sedangkan daun tanaman padinya mulai nglinting (menggulung) karena layu. Padahal, umur tanaman padi sudah berkisar antara satu sampai dua bulan.
‘’Tanaman padi mulai bunting (berbulir). Sangat butuh pasokan air yang cukup,’’ ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, baru-baru ini.
Ia mengatakan, jika pasokan air tak segera tiba, maka tanaman padi terancam puso. Jikapun selamat, maka bulir padinya akan kosong. Akibatnya, petani terancam mengalami kerugian yang besar karena sudah mengeluarkan modal tanam yang tak sedikit.
Waryono menyebutkan, modal yang telah dikeluarkan petani sejak awal tanam hingga saat ini rata-rata sekitar Rp 6,5 juta per hektare. Selain untuk biaya pengolahan lahan dan penanaman, modal yang dikeluarkan juga digunakan untuk pemupukan dan penyemprotan hama.
‘’Kalau tanaman padi ini sampai puso, modal yang sudah dikeluarkan petani bakal sia-sia,’’ tutur Waryono.
Para petani di wilayah tersebut kini hanya bisa pasrah. Mereka tak bisa melakukan upaya pengairan meski dengan pompanisasi. Pasalnya, saluran irigasi di wilayah mereka yang bersumber dari Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka, juga mengering.
Baca Juga : http://fokuspantura.com/swasembada/1978-petani-losarang-keluhkan-kelangkaan-air
Waryono mengaku enggan untuk meminta tambahan pasokan air secara resmi dari instansi terkait. Pasalnya, dia pesimis permintaan itu akan dipenuhi.
‘’Males, susah. Semestinya pemerintah memahami dan tanggap dengan kondisi petani di lapangan,’’ keluh Waryono dengan nada kecewa.
Informasi yang diperoleh, kekeringan yang melanda wilayah Kecamatan Kandanghaur memang biasa terjadi setiap musim kemarau. Wilayah itu merupakan daerah paling ujung dari layanan irigasi Bendung Rentang, kendati saat ini pemerintah pusat sedang berupaya membangun embung dengan biaya puluhan miliar, namun pemanfaatanya masih belum dirasakan, mengingat pembangunan embung tersebut belum tuntas.
Salah seorang petani di Desa Karanganyar, Warto, mengaku kini hanya bisa pasrah melihat tanaman padinya yang mengering. Dia berharap, pemerintah bisa membantu mendatangkan pasokan air menuju desanya.
‘’Kalau air tak kunjung datang, tanaman padi bisa mati,’’ tandas Warto.