SUMBER,(Fokuspantura.com),- Peduli setiap tahun Indonesia kehilangan 400 ribu petani, Ikatan Remaja Masjid Desa Cisaat, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon mengadakan diskusi Islam dan pertanian bersama dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon di Bumi Pancasila desa setempat.
Acara ini dihadiri oleh Kuwu Desa Cisaat, H. Meskinah dan aparat desa berserta Karang Taruna Kecamatan Dukupuntang, Farida, S.Pd, Ketua Yayasan Wangsekerta dan Wakhit Hasyim, M.Hum sebagai pembicara. Sekitar ada lebih dari seratus peserta yang mengikuti acara tersebut.
Acara yang berlangsung belum lama ini membahas kritisnya pertanian di Indonesia. Mulai dari rendahnya produksi, pemakaian bibit dan pupuk yang tidak berkualitas hingga tergerusnya lahan pertanian. Akibatnya segala kebutuhan pokok di Indonesia di impor dari luar negeri.
Wakhit menyampaikan bahwa aspek pelajaran Islam tidak hanya terbatas pada pembahasan kitab fiqih, tauhid dan sebagainya yang ada dalam kurikulum pondok pesantren. Tapi jauh dari itu Islam mengajarkan amaliah dalam segala aspek, termasuk dalam mengolah dan menjaga lahan pertanian sebagai ketahanan pangan.
“Dalam hal pertanian termasuk dalam pembahasan agama, dari zaman Rosul pun telah diajarkan di masyarakat Madinah dalam mengolah lahan pertanian. Ketika Rosul diusir dari Makkah ke Madinah tanpa ada bekal apapun, Rosul mencari solusi yaitu menciptakan pasar. Masyarakat muhajirin butuh makanan dan kaum ansor menjual hasil taninya. Ini juga pelajaran dalam Islam di kehidupan,” jelas Wakhit.
Sukarna sebagai ketua pelaksana juga menyampaikan memang saat ini banyak anak muda yang kurang minat dengan pertanian. Mereka lebih memilih bekerja di perusahaan besar dan mendapat gajih tiap bulan. Sehingga generasi petani hilang dengan alasan gengsi yang besar. Seolah petani adalah pekerjaan rendahan sehingga enggan.
“Sekarang ada berapa anak muda yang mau jadi petani? Sangat sedikit. Karena setelah lulus sekolah mereka lebih sibuk mencari pekerjaan di pabrik dan perusahaan besar. Padalah, gaji karyawan belum tentu bisa membuat mereka sejahtera. Kalau saja mereka mau mengolah lahan maka mereka bisa sejahtera karena kebutuhan pokok tidak membeli,” kata Sukarna.
Kuwu Cisaat juga sangat mendukung acara ini. Pasalnya, di Cisaat sedang menghadapi masalah yang sama, sehingga perlu ada program dan kegiatan yang mampu menyelesaikan masalah ini. Dengan acara ini diharapkan bisa mampu membuat Cisaat tidak bergantung pada pupuk kimia. Karena ini berdampak buruk untuk pertanian di Cisaat.
“Kalau saja ada kegiatan yang kecil, namun berdampak besar dan positif saya dukung. Apalagi ini datang dari kalangan anak muda. Pembuatan pupuk organik dan pestisida akan saya danai bila perlu. Pasalnya pihak desa pun harus turut serta dalam program ini. Dampaknya akan sangat bagus untuk jangka lebih jauh ke depannya. Bila bukan kita yang memulai lalu siapalagi?” Ujar Meskinah. (Ibrahim)