INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Indramayu menerima aduan seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Indramayu, Ranti Ratnaningsih binti Kanita (29), warga Blok Bangunarja, RT 011, RW 003, Desa Purwajaya, Kecamatan Kerangkeng. Ia diadukan pihak keluarga karena sudah 13 tahun 4 bulan tidak bisa pulang ke Indonesia dan tertahan oleh majikannya serta tidak diberi gaji saat bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Doha, Qatar.
“Kami menerima aduan dari masyarakat Kabupaten Indramayu, bahwa anaknya tertahan di Doha, Qatar,” kata Ketua SBMI Indramayu, Juwarih dalam rilis yang diterima, Sabtu(31/8/2019).
Aduan yang disampaikan ibu kandung PMI, Masni (43), menyampaikan anaknya sudah 13 tahun lebih bekerja di Qatar tidak bisa pulang dan tidak di gaji serta belum pernah telepon sama sekali.
Mendengar aduan tersebut, Juwarih akan segera menindaklanjuti aduan dari pihak keluarga PMI untuk diteruskan pengaduan secara tertulis ke beberapa lembaga pemerintah yang terkait.
“Dalam waktu dekat SBMI Indramayu akan membuat surat pengaduan ke Kementerian Luar Negeri, BNP2TKI, dan KBRI Qatar,” pungkasnya.
Sementara itu, orang tua PMI, Masni mengatakan, pihaknya mengadukan kondisi anaknya di luar negeri dengan mendatangi kantor SBMI Cabang Indramayu, Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada Kamis 29 Agustus 2019 lalu.
Ia mengatakan, jika anaknya bekerja sebagai PMI ke Qatar, awalnya direkrut oleh sponsor bernama PEN, warga Pamanukan, Subang, Jawa Barat, kemudian pada 28 April 2006, Ranti Ratnaningsih diberangkatkan ke Qatar oleh PT. IJP.
“Padahal pada saat itu anak saya masih berumur 16 tahun dan baru lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun kata sponsor sudah bisa untuk bekerja ke luar negeri,” ungkap Masni.
Sesampainya di Qatar, kata Masni, Ranti Ratnaningsih bekerja pada keluarga Barki Baddah M.M Al-Hajri dan istrinya bernama Sedra, berdomisili di New Rayyan, PO. BOX 92230, Doha, Qatar.
“Selama 13 tahun lebih anak saya baru dua kali kirim surat dan uang, pada tahun 2008 dan 2009. Setelah itu tidak ada kabarnya lagi,” papar Masni.
Mengingat sejak surat terakhir pada 2009 hingga saat ini tidak ada kabarnya lagi, Masni merasa was-was dan cemas dengan keselamatan anaknya serta sangat merindukan kepulangan Ranti dari luar negeri.
“Saya menghawatirkan dengan kondisi anak saya saat ini, semoga Ranti dalam kondisi baik-baik saja. Ibu sangat merindukan kepulangan mu nak,” tutur Masni.
Dengan menyampaikan pengaduan ke SBMI Indramayu, Masni berharap agar Ranti dapat diketahui keberadaannya serta bisa dipulangkan ke Indonesian.
“Semoga saja SBMI bisa membantu permasalahan yang sedang dialami anak saya di luar negeri,” harapnya.