INDRAMAYU, (Fokuspantura.com),- Permasalahan air untuk mengaliri persawahan merupakan hal paling mendasar bagi para petani, apalagi menjelang musim Gadu atau Musim Tanam (MT) kedua adalah masa-masa paling krusial bagi para petani untuk bercocok tanam, mengingat sangat minimnya curah hujan ditambah debet air pada saluran irigasi semakin minim.
Kondisi tersebut dipertajam dengan permasalahn pendangkalan akibat penumpukan sedimen, selain itu berdirinya bangunan liar (bangli) disepanjang saluran irigasi, turut menghambat distribusi air baku untuk lahan pertanian.
Hal ini disampaikan dua Kuwu (Kepala Desa-red) yakni Kuwu Limpas dan Patrol Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, usai melakukan monitoring ke BA 3 dan 4 Saluran Sekunder (SS) Anjatan, bersama Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Patrol, Deddy Irawan, Rabu, 12 Juni 2024.
Camat Patrol, Andri M Saleh, melalui Sekcam Patrol, Deddy Irawan, menyampaikan, sesuai intruksi bupati Indramayu, Hj Nina Agustin, terkait menghadapi musim Gadu atau MT kedua, pihaknya sudah melakukan upaya berupa rapat koordinasi dengan BPP, pengairan. PJT, dan unur-unsur yang berkaitan dengan pertanian dan irigasi. Dan juga berupaya melakukan monitoring suplay debit air serta mengakomidir permasalahan yang ada dilapangan
“Kendala-kendalanya seperti yang disampaikan para kuwu yaitu pendangkalan dan Bang Liar (Bangli) yang keberadaannya numpang diatas saluran,”ucapnya.
Kuwu Limpas, Tato, mengatakan, di Desa Limpas sendiri ada sebanyak kurang lebih seratus hektare areal persawahan yang suplay debit air kurang maksimal dialiri, dimana dari sebanyak itu hanya 50 persen persawahan dapat terpenuhi
“Kurang lebi 100an hektare an masih ada kendala karena ada pendangkalan di titik nolnya SS BG itu masih dangkal dan banyak rumah bangunan liar, diharapkan adanya normalisasi dan rehabilitas “terangnya.
Senada dikatakan Kuwu Desa Patrol, Karnali, menuturkan, adanya pendangkalan dan Bangunan Liar(Bangli) pemicu tersendatnya suplay air untuk dari 250 hektare persawahan di desanya masih belum terpenuhi apalagi jelang musim tanam (MT) kedua saat ini yang bertepatan kondisi kemarau yang mana debit air berkurang, diharapkan ada normalisasi.
“Ada sekitar dua ratus lima puluhan, hanya kendalanya saluran sering menyempit akibat banyak bangunan liar, disamping itu juga sedimentasi sehingga terjadi pendangkalan, berharap minimal tiap tahun ada normalisasi,”ucapnya.
Terpisah, Asman Perum Jasa Tirta(PJT) II Seksi Patrol, Didin ST, melalui Spv. OP, Nana Supriatna, mengatakan, kapasitas PJT ll Seksi Patrol sebatas pengelolahan air baku, mengenahi pertanggungjawaban fisik baik bangunan maupun ifrastruktur irigasi dibawah kewenangan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, untuk itu disarankan agar masing-masing pemanfaat air untuk pertanian, membuat surat usulan perbaikan saluran irigasi ke PPK Irigasi dan Rawa I BBWS Citarum, sementara untuk kegiatan saat ini tengah dilakukan pembenahan saluran irigasi berupa pembangunan TPT dan normalisasi di sejumlah titik, yang dilaksanakan PT. Pembangunan Perumahan (PP).
“Pihak kami menyarankan membuat surat usulan ke PPK Irigasin dan Rawa I BBWS Citarum,” kata Nana. (Khaerudin/FP).