INDRAMAYU, (Fokuspantura.com),- Memasuki Musim Tanam (MT) 2023 kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi petani dipastikan meningkat. Karena itu aktifitas olah lahan dengan menurunkan mesin pengolah lahan jenis traktor tidak bisa ditangguhkan akibat stok BBM Solar suply pertamina untuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terjadi pembatasan kuota pengiriman, sehingga patut diduga menjadi salah satu penghambat percepatan tanam.
Hal itu disampaikan Camat Sukra, M. Mulya Setiawan melalui Kasie Trantib Kecamatan Sukra Wawan Supriyadi, ketika melakukan kunjungan ke SPBU Sukra, Rabu, 13 Desember 2023.
Menurut Kasie Trantib, yang akrab disapa Jono tersebut, penggunaan traktor bagi petani membutuhkan BBM solar kisaran minimal 20 liter per hari, akan tetapi pelayanan SPBU yang mengacu pada surat ijin pembelian BBM bersubsidi tersebut hanya bisa realisasi sebanyak 15 liter per hari.
“Pembatasan tersebut akan menjadi kendala bagi petani,” ujarnya.
Jono juga mengatakan, dengan kebutuhan tersebut hendaknya pihak pertamina melakukan kaji ulang agar program percepatan tanam tidak terhambat oleh keadaan BBM bersubsidi yang terbatas, sehingga petani dapat melakukan olah lahan sesuai dengan ketepatan waktu, selain itu pada musim tanam gadu kebutuhan BBM bersubsidi bukan hanya solar, melainkan pertalite yang digunakan untuk mesin pompa air, adapun proses pembeliannya dengan cara yang sama yakni menyertakan surat ijin pembelian BBM bersubsisdi sebagaimana solar.
“Kami mohon pertamina melalukan kaji ulang suply BBM bersubsidi, dengan prioritas kebutuhan petanian,” tandasnya.
Sementara, Manajer Oprasional Al Ma’soem sekaligus Pengawas SPBU Al Ma’soem Sukra, Hermawan, mengatakan, suply BBM bersibsidi dari Depot Pertamina Balongan, untuk solar sebanyak 72 Kilo Liter (KL) per dua minggu dan untuk pertalite sebanyak 8 KL per hari, namun begitu terkadang ada penambahan suply dari pertamina meskipun jumlahnya tidak tentu.
“Kuota BB bersubsidi suply dari Depot Pertamina Balongan sebanyak 72 KL solar per dua minggu dan pertalite 8 KL per hari,” teangnya.
Hermawan menambahkan, ketentuan suply BBM Subsidi tersebut merujuk pada aturan yang ditetapkan BPH Migas, sehingga pihaknya tidak bisa berbuat banyak, meski kerap mengusulkan kepada pihak pertamina namun pertamina sendiri tidak bisa mengeluarkan kebijakan diluar ketentuan tersebut, termasuk dari pihak SPBU itu sendiri karena surat ijin pembelian terdaftar menggunakan barcode yang tersambung kedalaam system, adapun prioritas pelayanan bagi petani, ketika pengiraman datang pihak SPBU segera menghubungi petani pemegang surat ijin tersebut.
“Untuk petani tetap kami prioritaskan, mangkanya ketika pengiriman datang kami langsung penghubungi petani pemegang surat ijin agar kebutuhan merek bisa segera terlayani meski terbatas sesuai ketentuan,” paparnya.
Terpisah, salah satu petani Desa Ujunggebang, Rokim Kardi, mengungkapkan, kebutuhan solar untuk traktor bisa mencapai 20 liter perhari bahkan jika mengejar target pekerja traktor harus lembur sehingga kebutuhan solar bertambah bisa mencapai minimal 30 liter per hari, kemudian di musim gadu kebutuhan BBM bukan hanya solar, melainkan pertalite untuk mesin pompa air dengan kebutuhan 15 – 20 liter per hari, namun kendala yang dihadapi ketika melakukan pembelian di SPBU terjadi kekosongan, hal itu menjadi salah satu kendala bagi petani itu sendiri, mengingat air baku masih merupakan kebutuhan pokok pada produksi pertanian.
“Kami mohon pemerintah mengkaji kembali kebijakan BBM bersubsidi khususnya bagi pertanian, sehingga tidak menjadi hambatan produksi pertanian,” ungkapnya.
