CIREBON,(Fokuspantura.com),– Pengrajin krey mengalalami kesulitan tenaga kerja. Ini lah yang di alami ibu teni. Pengrajin krey dari Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Kamis (20/07)
Selain menjadi minoritas di kawasan industri. Keahlian pun menjadi hambatan. Karena hanya setikit orang yg bisa membuat krey. Sehingga produksi krey hanya mampu beberapa buah saja dalam sehari.
Padahal saat ini bu teni dan pengrajin krey lainnya sedang membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memenuhi permintaan dari luar negeri. Di bandingkan dengan pengrajin rotan, pengrajin krey lebih menguntungkan. Namun minat masyarakat sangat kurang
Dalam satu hari Teni hanya bisa memproduksi 8 hingga 10 krey saja. Sedangkan permintaan krey bisa dua kali lipat dari kemampuan produksi. Ini merupakan peluang besar bagi penyerapan tenaga kerja baru.
“asal orangnya mau kerja bisa saja. Kalau masalah keahlian bisa belajar disini. Namanya juga baru belajar ya sambil jalan saja. Kalau ada karyawan saja saya bisa memenuhi permintaan luar negeri. Kalau seperti ini ya saya juga bingung.” Jelas Teni.
Masyarakat sekitar memang sudah mengetahui usaha yang dirintis Teni sejak lama. Namun banyak dari mereka lebih memilih kerja di pabrik rotan. Mereka menilai faktor banyak teman dan gengsi. Sehingga banyak mayoritas masyarakat lebih memilih bekerja di pabrik rotan.
Kartika salah satunya. Dia pernah ditawarkan bekerja di usaha rumahan yang dibangun Teni. Namun dia tidak mau karena tidak ada teman. Alasan inilah yang membuat Kartika enggan bekerja.
“Kalau upah sih sama saja dengan kerja di pabrik rotan. Tapi kan yang kerja di pabrik rotan lebih banyak. Jadi ada teman untuk kerja bareng. Ya masih belum mau saja.” jelas Kartika.
Potensi ini seharusnya bisa dibaca masyarakat. Bahwa untuk mendapatkan uang tambahan ada banyak cara. Namun faktor gengsi dan beberapa faktor lain membuat masyarakat belum bisa memanfaatkan potensi ini. (Ibrahim)