SUKRA, (Fokuspantura.com),- Hasil lelang tanah eks Pangonan Desa Sukra Wetan, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu untuk musim tanam 2020/2021 mengalami penurunan sekitar 15 persen. Penyebab penurunan hasil lelang tanah aset desa tersebut, karena kondisi lahan yang selalu mengalami gagal panen, baik disebabkan karena serangan hama maupun faktor lainnya.
Informasi yang diperoleh, penurunan hasil sewa tanah eks Pangonan Desa Sukra Wetan hanya diperoleh nilai lelang tertinggi sebesar Rp400 juta. Sementara hasil lelang tahun sebelumnya masih pada angka Rp475 juta atau turun sekitar Rp75 juta. Besaran hasil lelang sewa tanah eks Pangonan tersebut berlaku untuk luas lahan sekitar 24 hektar sebagai sumber tambahan pendapatan APBDes.
Kuwu Sukra Wetan, Kuswandi, ketika ditemui diruang kerjanya, Selasa (23/7/2019) mengatakan, pelaksanaan lelang sewa tanah pangonan untuk tahun ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang harus dilaksanakan untuk menarik sumber PADes berupa lahan tanah eks pangonan, adapun nilainya mengalami penurunan, sekitar 15 persen atau 75 juta rupian.
“Lelang sewa tanah pangonan tahun ini turun 75 juta rupiah yakni senilai 400 juta dari sebelumnya 475 juta untuk luasan 24 hektar,” ujarnya.
Ia mengatakan, dengan adanya penurunan hasil lelang sewa lahan tersebut berdampak serius pada penyelenggaraan APBDes, karena sebelumnya pada penyusunan RAPBDes nilai alokasi anggaran mengacu pada hasil lelang tahun sebelumnya, sehingga dalam penerapan pelaksanaan pembangunan dipastikan mengalami penurunan volume hingga kemudian harus dituangkan dalam perubahan APBDes.
“Dengan turunnya nilai lelang sewa tanah pangonan maka akan terjadi penurunan volume pada penyelenggaraan pembangunan yang bersumber dari PADes,” terangnya.
Terpisah, pemenang lelang sewa tanah pangonan Desa Sukra Wetan, H.Narita, mengatakan, kondisi pertanian di wilayah Kecamatan Sukra saat ini bisa dikatakan lesu, hal itu disebabkan dari faktor hama dan penyakit pada tanaman padi sehingga terjadi penurunan produksi ditambah lagi anjlognya nilai jual gabah, ini berdampak pada kepeminatan para petani penggarap untuk melakukan sewa garapan dengan tarif standar. Atas pertimbangan tersebut pihaknya tidak dapat memasang nilai tinggi melebihi lelang sewa tanah pangonan pada tahun sebelumnya.
“Atas pertimbangan kondisi pertanian yang kurang baik maka untuk nilai lelang sewa tanah pangonan ini hanya berani pasang harga 400 juta, yang kemudian oleh panitia lelang saya dinyatakan sebagai pemenang karena nilainya melebihi peserta lelalng lainnya,” ungkapnya.
Terkait