Konstelasi politik pada pekan ini sungguh menguras urat saraf sebagain masyarakat Kabupaten Indramayu, terutama mereka yang inten melakukan pengamatan, analisa bahkan kajian – kajian ilmiah terkait kondisi politik jelang Pilkada 23 September 2020 nanti. Beberapa figur dan tokoh yang sudah mengklaim bakal menyandang Bakal Calon Bupati (Bacabup) lewat jargon perubahan dan anti rezim dinasti kian gencar dipekik baik melalui akun jejaring media sosial maupun pesan berantai whatsapp. Bahkan yang tak kalah seru, dari kondisi kontestasi saat ini, muncul Maklumat Kaum Sarungan yang dipelopori oleh elit warga Nahdiyin Kabupaten Indramayu melalui momentum Harlah NU ke-94 kemarin dan sontak mendapat tanggapan kontroversi ditengah – tengah publik, masyarakat hingga warung kopi.
Lalu, apakah Maklumat Kaum Sarungan Indramayu itu dianggap melanggar konsititusi organisai, bahkan klaim pengurus PC NU Indramayu tidak taat terhadap AD/ART. Bagaimana dengan pernayataan dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj jelang Pilpres 2019 lalu, menyatakan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ma’ruf Amin pun bentuk pelanggaran konstitusi.(Baca : https://nasional.tempo.co/read/1116993/said-aqil-siradj-warga-nu-dukung-pasangan-jokowi-maruf-amin/full&view=ok), opini tersebut kemudian terus mengemuka dan sikap PC NU Indramayu yang seolah menghukum sosok Juhadi Muhamad telah memanfaatkan oraganisasi untuk kepentingan politik.
“Saya terus terang gagal paham. Sebagai kader NU sungguh sangat kecewa dengan para pengurus PCNU Indramayu. Harlah NU ke 94 yang diselenggarakan oleh PCNU Indramayu kemarin, senen tanggal 3 pebruari 2020 dijadikan panggung politik untuk deklarasi pencalonan H Juhadi Muhamad, ketua PCNU untuk maju sebagai calon bupati Indramayu periode 2020 2025,” tutur Ketua Yayasan An Nadhir Losarang Indramayu, Juendi Saleh dalam artikel yang diterima redaksi Fokuspantura.com.(Baca : http://fokuspantura.com/rembugan/3273-harlah-nu-ke-94-dan-harlah-deklarasi-politik )
Narasi – narasi lain juga dilontarkan oleh Musthofa, santri yang gandrung akan perubahan Indramayu, menuturkan, jika kaum sarungan Indramayu telah melakukan terobosan luar biasa dengan sanggul depan Maklumat (kalau boleh, saya tambahi) Maklumat Kaum Sarungan, ternyata dampaknya luar biasa menggebug bumi wiralodra, bukan hanya dari dalam golongan tapi dari luar golongan menjadi viral apalagi ada perkataan (kalau untuk kyai sam an wa thoatan) sungguh tak terduga konten tersebut, yang awalnya biasa menjadi luar biasa, yang awalnya bias malah menggelegar keras.
Santri bisa keras bisa lemas, tetapi didalamnya ketika Kaum Sarungan dengan peluru pertamanya yang dikeluarkan dan seharusnya menjadi momok menakutkan lawan, malah digrogoti dari dalam. Pelbagai kopdar dilakukan untuk mendiskursuskan tentang Maklumat Kaum Sarungan, sehingga hasilnya beda-beda, berbagai ramuan manis sampai jamuan pahitpun keluar.
“Akhirnya, bolehkan saya mengambil jalan tengah dikala kaum sarungan berusaha brontak tentang cara dogmatis Pilkada di Indramayu, tapi kader sendiri yang menjadi sandungan kecil tapi menyerambah luas,” tukas Musthofa dalam tulisannya.
Menyikapi maklumat yang menggelegar kemarin, kalau disikapi dengan baik dan bijak anggaplah selesai. Contoh sederhana kalau boleh dikatakan, petahana memberikan maklumat ke birokrasi tentang a,b,c, selesai. Nah kalau bisa dianggap sama paling tidak birokrasinya NU yaitu kaum Sarungan, maka, wajar dong jika maklumat itu di bacakan dalam hajatan NU, karena untuk berusaha merubah tatanan wajah dalam mempercantik diri memang ga gampang harus dengan modal berani di segala hal.
Lalu, bagaiamana membaca sudut pandang secara politik terhadap pesan Maklumat NU untuk Juhadi Muhamad ?
Lulusan Teologi Filsafat UIN Yogjakarta, Nanang K Mahasastra, membaca dinamika netizen yang ramai membahas maklumat NU, konon muncul di sepanjang Jl. Gatot Subroto persis di depan gedung dakwah NU Indramayu, ia berhipotesa jika Maklumat itu sebenarnya tidak melulu soal dukungan politik, tapi rangkaian narasi panjang yang berisi “Kritik NU” terhadap kebijakan pemerintah daerah,dimulai dari pembangunan, IPM, Korupsi sampai pada politik Dinasti.
“Lewat maklumat ini, nampaknya NU sedang menciptakan keseimbangan politik terhadap pemerintah,” katanya.
Bahkan, polemik dan kontroversi muncul saat isi maklumat itu kemudian mendorong Juhadi Muhamad sebagai simbol politis di tubuh NU, turun gunung dalam pilkada 2020. Didorongnya Juhadi Muhamad, merupakan konsekuensi logis dari narasi kritik NU terhadap pemda, artinya NU sedang menegaskan bahwa ada tanggungjwab moral dan politik yang harus diambil NU secara bersamaan.
Maka, dalam sudut pandang politik, maklumat tadi berhasil mengisolasi banyak tokoh politisi NU atau simbol simbol NU yang akan meramaikan konstalasi jelang pilkada, sebab lewat maklumat inilah NU dan Haji Juhadi berhasil mengambil peran penting ditengah kegamangan pembangunan poros politik ahir ahir ini, NU dan Haji Juhadi terlahir sebagai dua entitas politik yang akan menguatkan satu sama lain .
“NU adalah Haji Juhadi – Haji Juhadi adalah NU satu diksi yang akan membuat politisi NU berkerumun untuk membesarkan keduanya, artinya apa? Secara struktural dan kultural, maklumat sudah memposisikan diri NU bersama Haji Juhadi,” ujarnya.