PILKADA Indramayu yang akan berlangsung 9 Desember 2020 mendatang, bakal diikuti oleh empat Pasangan Calon (Paslon) setelah resmi mendaftar di KPU Indramayu sejak 4 – 6 September 2020 kemarin. Empat paslon tersebut adalah Nina Agustina Da’i Bachtiar – Lucky Hakim (Niki), Toto Sucartono – Deis Handika (Toska), Mohamad Sholihin – Ratnawati (Shalawat) dan Daniel Muttaqin – Taufik Hidayat (Mantap). Kini keempat Paslon tersebut dalam proses verifikasi persyaratan untuk dapat ditetapkan oleh KPU Indramayu sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Indramayu berlaga pada 9 Desember 2020 mendatang.
Dari panggung politik yang terjadi saat ini, ada yang menggelitik dan publik tertarik tanpa lebih dalam membaca keunggulan Visi Misi yang nanti di kampanyekan. Salah satu pangan calon (paslon) yang memiliki akronim “Shalawat” (Sholihin – Ratnawati), mereka menganggap penggabungan dua nama Paslon dalam kalimat yang melekat pada warga Nahdiyin ini dianggap terlalu berlebihan, bahkan lebih dari itu, sehingga pertanyaan tersebut selalu muncul disaat obrolan santai mengiringi aktifitas warga masyarakat di warung kopi, “Kenapa Pakai Nama Paslon Shalawat”.
Istilah akronim ini akan terus melekat pada Paslon Bacabup dan Bacawabup Indramayu yang diusung oleh PKB, Demokrat, PKS dan Hanura pasca resmi ditetapkan KPU Indramayu. Bagaimana tidak, istilah Shawalat jika mengutip dari Wikipedia bahwa Selawat atau Salawat adalah bentuk jamak dari kata salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah. Membaca selawat untuk nabi, memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah Swt. untuk nabi dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga dia (nabi) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik dan sehat).
Selawat dalam bentuk lengkap Shallallāhu ‘alayhi wa salam adalah ungkapan yang diucapkan oleh umat beragama Islam setiap kali mereka merujuk pada nama Nabi Muhammad. Dalam bahasa apapun hal itu adalah tanda kehormatan dan penghargaan yang besar. Hal ini juga digunakan setiap kali mengatakan nama orang lain dilihat sebagai nabi besar.
Umat Muslim mengatakan atau menulis ungkapan untuk mendapatkan berkah dari Allah bagi Muhammad, dan pada gilirannya, berkah untuk mereka sendiri. Singkatan SAW digunakan secara tertulis di dunia Muslim secara pribadi dan kadang dokumen pemerintah. Alquran, kitab suci Islam, memerintahkan hal ini dilakukan. Surah Al-Ahzab dalam firman Nya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bersalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab 33:56)
Bahkan Selawat adalah pengingat bagi umat Islam untuk mengikuti ajarannya, dan menjadi seperti Muhammad dalam segala hal yang mereka katakan dan lakukan.
Dalam kontek politik, terlalu jauh jika akronim Paslon Shalawat yang menjadi kontestan pada Pilkada Indramayu 2020 menjadi harfiyah dan disandingkan dengan pemaknaan secara islami sebagaimana dalam beberapa kaidah kaidah rububiyah. Akan tetapi, penamaan Shalawat secara poilitik bagian dari strategi pemenangan dan ikhtiar Paslon Mohamad Sholihin – Ratnawati agar dapat dengan cepat di ingat oleh pemilih, tidak lepas dari tujuan secara politik dan tanpa mengabaikan keagungan nama Shalawat dalam lantunan yang lumrah di jadikan wiridan atau syair qasidah.
“Mari bersama – sama Shalawat menuju pemimpin baru Indramayu,” kata Bacabup Mohamad Sholihin.
Saat bincang bincang ringan dengan Wakil Ketua DPRD Indramayu yang saat ini maju sebagai Cabup dari Koalisi Poros Hijau, mengapa Paslon itu dinamakan Shalawat, secara tegas ia menyatakan bahwa sebagai bentuk tabaruk dan memetik berkah sehingga dengan istilah Paslon Shalawat ini memudahkan masyarakat untuk memilih dirinya sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan berlaga pada Pilkada 9 Desember mendatang.
” Tabarukan ngalap berkah, nama itu terinspirasi untuk memudahkan dan juga mudah diingat serta di hafal untuk sosialisasi saja kepada masyarakat,” tutur Ketua DPC PKB Indramayu ini.
Terkait