Momentum Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) telah dijadikan bahan refleksi elemen masyarakat Kabupaten Indramayu. Jika pegiat anti korupsi turun kejalan guna menyuarakan perang terhadap koruptor, seniman satu ini, Ucha M Sarna memilih membacakan puisi selama enam jam di depan Gedung Mama Soegra Indramayu, Senin(9/12/2019).
Konten karya – karya puisi ternama yang dibacakan Ucha M Sarna, menggambarkan ungkapan bahaya korupsi dan ajakan kepada semua pihak untuk berhenti dan memerangi pelaku koruptif. Memang tidak mudah, sebagai sosok seniman yang terus berkreasi membawa harum Indramayu mengungkapkan ekspresi didepan umum ditengah kondisi daerah fokus penanganan dan penindakan korupsi oleh Tim Anti Rasuah.
“Terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan dan kepada siapapun atas support dan sumbangsihnya sehingga BACA PUISI 6 jam, berjalan lancar–baik secara teknis maupun psikologis,” tutur Ucha dalam status Facebook, Selasa (10/12/2019).
Dalam tulisan menggelitik, Uca menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pejabat dan seluruh masyarakat Kabupaten Indramayu yang siap untuk memerangi korupsi.
Satu lirik puisi membuat penonton terkesima karangan Najibul Mahbub ditulis 13 Mei 2017 dengan judul “Malu Aku Jadi Kepala Daerah” mampu menggetarkan suasana batin, jika baik baik saat begitu menusuk ruang kebebasan berekspresi dan mendambakan sosok pemimpin Indramayu konsisten memberantas korupsi.
“Kami sampaikan kepada pejabat dan atau siapapun yang berani menghindari korupsi,” ungkapnya.
Dari sekian banyak puisi yang dibacakan Ucha M Sarna, salah satunya adalah ;
MALU AKU JADI KEPALA DAERAH
Malu aku jadi kepala daerah
pegawai mondar-mandir
Di jalan raya saat jam kerja
Ibu-ibu pegawai ramai
Obrolkan tetangga
menenteng tas sambil asik belanja
Dengan penuh bahagia
Tak tahunya Satpol PP menjemputnya
Malu aku jadi kepala daerah
Bantuan-bantuan masjid,
Yatim piatu,dan orang miskin
Disunat tanpa sebab yang kuat
Dikebiri untuk diri sendiri
Malu aku jadi kepala daerah
Pejalan kaki tak dapat tempat
Mereka berjalan tidak di trotoar
Tergusur pengendara motor, mobil, dan angkutan
Pesepeda motor tanpa pengaman
Malu aku jadi kepala daerah
Pilkada sungguh meriah
Penuh hasutan, cacian, dan fitnah
Mengafir dan memutuskan tali hikmah
Firman Tuhan hanya untuk komoditas sampah
Malu aku jadi kepala daerah
Orang terhormat jadi terdakwa
Bajingan jadi pejabat sedang
Konglomerat ongkang-ongkang
Atur pejabat di bawah selangkang
Malu aku jadi kepala daerah
Puluhan tahun sudah
Mental tetap saja tempe
Perilaku tetap saja TK
Walau titel sampai S3
Namun otak tak terpelihara
Malu aku jadi kepala daerah
Banyak pelajar jebol sebelum ijab Kabul
Digugurkan dengan semena-mena
Pendidikan tak terbina
Agama pun tak dikenyamnya
Membentengi diri dan napsunya
Malu aku jadi kepala daerah
Uang puluhan sampai triliunan
Tertumpuk di balik koper
Sebagai pelicin aturan daerah
Tak juga perlu heran
Tanah sekandang melimpah-ruah
Korupsi pun menjadi incaran
Para politisi senayan
Malu aku jadi kepala daerah
Dicekal KPK tertangkap basah
Terima upeti yang super mewah
Sebagi upeti atur jabatan
Malu tak lagi hiraukan
Malu aku jadi kepala daerah
Jasku berganti rompi KPK
Dasiku berubah jeratan neraka
“Ora korupsi, ora ngapusi, ora nganu dan ora ngini”
Malu aku jadi kepala daerah
Berkumpul
di balik jeruji
Karya, Najibul Mahbub
Pekalongan, 13 Mei 2017
Terkait