KRANGKENG,(Fokuspantura.com),– Warga meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) memperketat pengawasan terhadap pekerjaan perbaikan jalan poros antara Desa Singakerta dan Desa Kapringan di Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu. Warga menengarai pelaksana pekerjaan yaitu CV Sutajaya bekerja senaknya sendiri seolah tanpa pengawasan sehingga ada potensi pengurangan mutu dan volume.
Cecep, warga Desa Singakerta, mengungkapkan, ada potensi pengurangan volume dan mutu pada pekerjaan rehab jalan dan betonisasi serta pembuatan prasarana pendukung yakni Tembok Penahan Tanah (TPT). Potensi itu terlihat dari pemakain begisting dan pengerjaan leveling serta cara manual dalam membuat campuran yang sepengetahuan Cecep sangat sedikit semen dengan pasir untuk bahan pembuatan TPT.
Seorang warga lain juga melaporkan, TPT yang sebagian besar telah jadi tampak condong ke arah luar dari badan jalan. “Saya khawatir tembok itu cepat roboh.”, ujar warga tersebut.
Menurut Cecep, pelaksana proyek jalan Singakerta-Kapringan atas nama CV Sutajaya rupanya risih jika pekerjaannya diawasi oleh masyarakat. Ia mensinyalir, pihak pelaksana terkesan enggan mensosialisasikan proyek yang notebene bersumber dari pajak rakyat itu. Sepanjang pengamatannya, pelaksana juga terkesan menghalang-halangi hak masyarakat untuk mengetahui nilai, volume, sumber anggaran dan informasi lain yang memang harus diumumkan agar masyarakat mengetahui perihal proyek tersebut.
Indikasi itu, ucap Cecep, tampak dari keengganan pihak pelaksana memasang papan proyek. Informasi yang disampaikan Cecep kepada Fokus Pantura, papan proyek sempat tidak terpasang sehingga warga setempat tidak tahu besaran nilai proyek serta volumenya. “Mungkin juga sudah terpasang tapi warga, contohnya saya, tak pernah melihat papan proyek itu, gak tahu dipasang di mana.”, kata Cecep, Minggu (6/8).
Jelasnya, kata Cecep, kurangnya transparansi pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan dan pembuatan TPT tersebut patut diduga adanya niat buruk pemborong untuk mengurangi volume dan mutu pekerjaan. Oleh karena itu Cecep yang juga pengurus LSM Peduli Pribumi Indramayu (PPI) meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk memperketat pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan jalan dan TPT oleh CV Sutajaya tersebut.
Sebagai warga masyarakat Cecep menginginkan pemborong bekerja sesuai spec agar manfaat dari hasil pembangunan benar-benar dirasakan oleh masyarakat. “Jangan asal jadi sehingga cepat rusak.”, tukasnya.
Hal itu pula yang mendorong pihaknya selaku LSM PPI turut mengawasi proyek perbaikan ruas jalan Singakerta-Kapringan. Tetapi kata Cecep niat baiknya itu membuat pemborong over acting. Pihak pemborong justeru menganggap Cecep dan warga lain yang punya itikad turut sama-sama mengawasi pekerjaan itu, dicap sebagai kelompok yang menghalangi pekerjaannya serta berniat memerasnya. Sampai-sampai pihak pemborong membawa sepasukan polisi dari Polres Indramayu untuk menghadapi Cecep dkk.
Menanggapi keluhan warga Singakerta itu, Kepala Bidang (Kabid) Jalan Dinas PUPR, Wempi, mengatakan Dinas sudah menyerahkan kepada CV Sutajaya melalui Surat Penyerahan Lapangan (SPL) agar berkoordinasi dengan instansi lain untuk menciptakan kondusifitas ketertiban di lapangan. Dengan penjelasan itu, secara implisit Wempi sepertinya dapat memahami langkah pemborong mendatangkan polisi untuk menghadapi warga seperti Cecep dkk.
Terkait cara manual yang dipakai pemborong untuk membuat adukan untuk bahan pembuatan TPT, diakui Wempi itu menyalahi ketentuan di dalam dokumen kontrak. Ada penyimpangan metode antara pelaksanaan dengan perencanaan sesuai penawaran pemborong pada saat lelang yang terangkum di dalam dokumen kontrak.
“Penggunaan molen wajib, tapi perbandingan semennya tidak boleh kurang, percuma pakai molen jika perbandingan semennya kurang.”,tegas Wempi saat berbincang dengan Fokus Pantura di ruang kerjanya belum lama ini.
Pantauan Fokus Pantura beberapa hari lalu, proyek ini memang minim peralatan. Selain tak tampak adanya molen untuk pekerjaan TPT, juga tak terlihat mesin gilas (road roller) atau stoom. Padahal saat Fokus Pantura memantau proyek itu tengah tahapan leveling. (ayad)