KEDOKANBUNDER,(Fokuspantura.com),- Nasi sudah menjadi bubur dan apa hendak dikata takdir illahi menentukan lain, idaman selama lebih dari tujuh bulan untuk mendapatkan keturunan pupus ditengah jalan, setelah perjuangan yang dilakukan Siti Maemunah, Warga Desa Kedokanagung Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu, Jawa barat dengan susah payah berahir kesedihan. Pasalnya usai persalinan bayi yang telah dikandung harus meninggal dunia untuk selama-lamanya, diduga akibat lambatnya penanganan oleh tim medis di Puskesmas Kedokanbunder.
Informasi yang diperoleh Fokuspantura.com menyebutkan, Siti Maemunah masuk untuk mejalani persalinan sejak, Senin(29/1/2018) pagi hari pukul 06.00 wib di Puskesmas Kedokan Bunder. Akibat belum dibuka pendaftaran rawat Poned, Maemunah hanya ditangani oleh tim medis (Bidan red) pertolongan pertama karena memang saat itu belum waktunya persalinan dan kondisi pasien segar bugar hanya diperiksa biasa.
Hingga pukul 13.00 wib pergantian petugas jaga shift kedua II terjadi, keadaanya sudah mulai dirasakan kegelisaan seiring pasien memasuki rawat inap, namun oleh petugas medis hanya di cek biasa sampe waktu magrib sekitar pukul 18.00 wib situasi sedikit berubah, kendati pada saat bersamaa para petugas (bidan red) ada aktifitas buka puasa bersama. Saat itulah kondisi Maumunah sudah sangat memperihatinkan kegelisaan tambah menjadi namun tak satu petugas pun yang memperhatikan pasien.
“Padahal kondisinya sudah tak karuan.”ungkap Udin suami pasien.
Seiring berjalan waktu, sekitar pukul 19.00 wib kondisinya sudah parah, kondisi fisik Memunah menurun, pihak keluarga pasien mengajukan permohonan dirujuk ke RSUD Indramayu sekitar 19.30 wib, tapi dijawab oleh petugas jaga yang menangani, akan berkordinasi dahulu dengan pihak RSUD Indramayu. Walhasil dari kordinasi tersebut, pihak keluarga pasien diminta menunggu kabar dari pihak RSUD pada pukul 21.00 wib.
“Katanya di RSUD pasien penuh, nanti menunggu jawaban,”ungkapnya menirukan petugas medis.
Larutnya penanganan yang kurang serius oleh petugas shift kedua, menjadi imbas dari pergantian petugas medis shift ketiga. Baru sekitar pukul 21.00 wib, terjadi pergantian petugas jaga medis dengan kondisi pasien sudah sangat menghawatirkan.
“Ya bagaimana serah terima pergantian petugas, saya tidak tau dan faktanya rujukan juga tidak segera dilakukan,” terang Udin.
Bahkan menurutnya, sebelum pergantian petugas jaga, ia diberikan penjelasan oleh petugas jaga kedua bahwa kondisi bayi dan pasien sangat baik normal dan bisa diselamatkan. Ternyata pergantian shift malam oleh petugas bidan yang baru masuk itu menjadi malapetaka dialami keluarganya, bahkan oleh petugas malam disayangkan karena kondisi pasien sudah semakin lemah.
Pada saat shift pergantian petugas malam, memang langsung ditangani, kendati sebelumnya air ketuban sempat keluar dan kering, tapi tidak langsung dieksekusi saat itu.
“Bayangkan sejak magrib istri saya gelisah dibiarkan begitu saja. Bahkan pihak keluarga penunggu sempat mau berantem mulut, tapi dijawab nanti jam sembilan dirujuk ke RSUD, tapi nyatanya dia malah pulang,”tandasnya.
Oleh petugas shift ke tiga langsung dieksekusi dan bayi bisa dikeluarkan, Sekitar pukul 21.25 wib, bayi dari kandungan Siti Maemunah bisa dikeluarkan secara normal oleh petugas shif malam tersebut, namun naas saat keluar, bayi tersebut tidak ada suara tangisan sedikitpun dan dinyatakan meninggal dunia selang beberapa menit kemudian.
Kepala Puskesamas Kedokanbunder Wastubi ketika dikonfirmasi diruangannya ia tidak mengakui jika bawahanya tidak serius menangani persalinan sejak sore hari sebelum persalinan itu kritis, tetapi ia meminta maaf atas peristiwa yang menimpa Siti Maemunah.
“Mungkin kesalahan kami, kami minta maaf atas kejadian meninggalnya keluarga bapak dan saya nanti akan memerintahkan anggota saya untuk menjenguk pasien kerumah,”tuturnya.
Saat ditanyakan pihak medis yang menangani pasien waktu persalinan dengan tiga petugas jaga, ia hanya menjawab dua petugas jaga yakni shift pertama dengan shift terahir saat peristiwa meninggalnya bayi Siti Maemunah. Sementara untuk petugas jaga shift ke dua iya tidak menyebutkan namanya bahkan lupa siapa nama petugas jaga itu.
“Pagi-pagi saya ditegor oleh Pak Camat Kedokanbunder, atas kejadian ini,”imbuhnya.
Pada sore harinya, ia mengunjungi keluarga pasien dan berkali-kali menyampaikan permohonan maaf atas musibah itu, bahkan pihaknya berjanji akan membantu biaya tahlil selama tujuh hari untuk meringankan beban keluarga pasien.