EdukasiAtasi Hama Tikus, Petani SPI Indramayu Temukan Resep Alami  

Atasi Hama Tikus, Petani SPI Indramayu Temukan Resep Alami  

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Ditengah merebaknya serangan hama tikus pada musim tanam kedua, hampir semua petani padi dan palawija mengalami kegelisahan dan cemas disaat memasuki fase 30 hari setelah tanam (HST) hama tikus semakin merajalela. Tak sedikit tanamah padi dan palawija ludes terlalap musuh terbesar petani saat ini.

Ditengah kegelisahan itu, Petani SPI Indramayu, Desa Sukamulya, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, menemukan inovasi baru upaya pencegahan serangan hama dengan pelatihan pembuatan racun tikus alami.

Seperti diketahui, Petani SPI Indramayu sebenarnya sudah menggelar pelatihan pembuatan Rumah Burung Hantu (Rubuha). Sebagai media penangkal hama tikus untuk merumahkan burung hantu di kandang yang dibuat oleh petani. Burung hantu atau tito alba akan menjadi predator alami tikus yang berpatroli setiap malam. Praktek pembangunan Rubuha ini sudah dilakukan oleh SPI Indramayu dan terbukti inovasi itu mampu menghalau serangan tikus.

“Karena berdasarkan laporan petani di lapangan, hampir setiap malam tito alba ini berpatroli dan kira-kira memangsa 5 sampai 8 tikus semalam. Bila melihat dari bekas muntahan makanannya di bawah kandang,” ujar Tonawi, petani SPI dari Desa Jayalaksana, Kedokanbunder.

Setelah pemasangan Rubuha di lahan, dalam jangka waktu kira-kira satu bulan sudah ada yang mengisi. Artinya tidak lama setelah Rubuha dipasang, tito alba yang biasanya berumah di pohon-pohon besar dapat dengan sendirinya berumah di kandang yang petani buat di lahannya. Tentu saja sesaat setelah menempati Rubuha, tito alba langsung berpatroli dan memangsa tikus yang ada di sekitar.

Namun berbeda kondisi lahan petani yang sudah dibangun Rubuha dengan yang belum. Pasalnya, serangan tikus pada lahan yang sudah dibangun Rubuha tidak seberapa atau bahkan hampir tidak ada. Dikarenakan masih banyak lahan yang belum terbangun Rubuha, menyebabkan serangan tikus tak dapat dikendalikan dan masih saja ada petani yang menggunakan cara instan dengan racun tikus sintetik dan ranjau listrik atau biasa disebut genset.

Senada diungkapkan, Sulaeman, Petani SPI Basis Desa Sukamulya, mengungkapkan, kedua cara tersebut sangat membahayakan bagi petani dan ekosistem. Seringkali banyak anjing atau kucing yang hidup disekitar lahan mati setelah memangsa tikus yang telah mengkonsumsi racun tikus sintetik atau yang sering disebut obat tetes.

Begitu juga ranjau listrik atau kawat yang dialiri listrik melalui genset dan dipasang mengitari lahan sering menyebabkan malapetaka.

”Penggunaan listrik genset untuk menghalau tikus adalah cara terahir kita untuk mengatasi tikus. Ketika sudah frustrasi, baru kita pakai genset,” tuturnya.

Penggunaan ranjau listrik genset ini memang sangat ampuh menewaskan tikus sekaligus dengan petaninya juga. Mengingat seringnya galengan atau pematang sawah dalam kondisi licin, ranjau listrik yang terpasang di pinggiran pematang sawah ikut menyengat petani ketika petani terpeleset tersungkur.

Tidak sedikit petani yang jadi korban ranjau listrik yang dipasangnya sendiri. Sehingga cara ini sebenarnya tidak dianjurkan. Oleh karenanya SPI Indramayu lebih memilih cara yang alami dan berkelanjutan.

“Selain membangun Rubuha, kami juga memilih ramuan alami sebagai racun tikus, yang disebut Bioyoso. Ramuan Bioyoso terdiri dari umbi gadung, getah kamboja, dedek lembut, ragi, ikan atau terasi,” tutur Sulaeman.

Berikut komposisi dan kuantitas bahan pembuatan:

1. 1 kg getah kamboja

2. 1 kg umbi gadung

3. 1 kg bekatul

4. 1 kg ikan segar

5. 10 butir ragi tape

6. ¼ kg beras

Alat Pembuatan Bioyoso:

1. Tumbu

2. Plastik

3. Alas untuk menjemur

Bahan-bahan tersebut kemudian di tumbuk satu persatu dan dicampur-adukan sampai bertekstur sedikit lembut. Setelah jadi, ramuan bioyoso dijemur sampai agak kering.

Ramuan Bioyoso ini dijadikan sebagai umpan sistemik untuk dimakan tikus. Efek dari ramuan ini akan membuat tikus mengalami kemandulan dan gigi rontok lalu kemudian mati dalam kurun waktu paling lama dua minggu.

Ketua SPI Indramayu, Try Utomo, mengatakan, pelatihan pembuatan Bioyoso ini adalah bagian dari seri pendidikan agroekologi yang rutin dilakukan oleh SPI Indramayu.

”Upaya ini kami lakukan untuk menjaga tanaman kami dari serangan Tikus yang masif. Tetap dengan cara-cara agroekologis dan tidak ketergantungan dengan kimia sintetis atau menggunakan listrik yang dikhawatirkan menambah jumlah korban jiwa karena kelalaian,” tuturnya.

Menurutnya, upaya tersebut sebagai semangat SPI dalam menjaga Indramayu sebagai lumbung padi nasional serta menjadi perhatian pemerintah mengurungkan niat nya import beras besar-besaran. Karena akan mempengaruhi harga gabah saat panen raya.

“Sesaat setelah ramuan itu dibuat, malam harinya langsung menaruh Bioyoso di lintasan tikus. Dan terbukti banyak tikus terkapar dengan teknologi ramah lingkungan ini.” Pungkasnya. (Red/FP).

ads

Baca Juga
Related

Dalam; Soal Distribusi Pupuk Bersubsidi Banyak Catatan

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Ketua Komisi 2 DPRD Indramayu, Dalam, angkat bicara...

Hari Pramuka ke-57 Tingkat Propinsi Jateng Berlangsung di Tegal

SLAWI,(Fokuspantura.com),- Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Tegal terpilih sebagai tuan rumah...

Sepuluh Partai Politik di Indramayu Lolos Verifikasi MS

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Indramayu telah selesai...

Indramayu Institute Tawarkan Kriteria Bacabup Indramayu 2020

JAKARTA,(Fokuspantura.com),- Jelang perhelatan demokrasi lima tahunan, Indramayu Institute didalamnya...
- Advertisement -

FokusUpdate

Popular

Mau copas berita, silahkan izin dulu
Mau copas berita, silahkan izin dulu