banner 728x250

Meluruskan Tuduhan Wawan Idris Soal Khutbah Politik Ketua PCNU Indramayu

IMG 0007 copy 600x719
banner 120x600
 
IMG 0007 copy 600x719Oleh : Nanang K Mahasastra*)
 
DIKSI “Khutbah Politik” yang sengaja dilempar lewat kemasan opini di media, nampaknya sengaja dibuat untuk menarik opini publik dalam mengkonstruksi sikap NU dan menjebaknya seolah NU tengah melakukan prakter politik praktis melalui Khutbah Idul Adha Ketua PCNU Indramayu saat melaksanakan Shalat Ied  di Alun-alun Pemkab Indramayu, Jumat 10 Juli 2022 kemarin.
 
Opini tendensius ini pula seperti dimaksudkan untuk mendemoralisasi isi khutbah Iedul Adha Ketua PCNU secara menyeluruh, dengan memotongnya menjadi sempalan kalimat dari ratusan kalimat yang disampaikan pada khutbah tersebut.
 
Kenapa ini terjadi..? 
 
Pertama, dalam konteks politik, Wawan Idris nampaknya hendak membuat polarisasi antara NU dengan Pemerintah, menjauhkan bahkan melemparkan NU dalam pojok pojok publik yang tidak terlihat kiprah serta perananya sebagai ormas paling besar dan otoritatif dalam bidang keagamaan serta sosial dengan jumlah jamaah mayoritas di Indramayu.
 
Kedua, secara psikologis, nampaknya Wawan Idris hendak menarik ingatan publik atas upaya politisasi tuhan dan agama dalam kanal kanal elektoral politik rezim sebelumnya, ingatkah kita pada isi naskah iklan yang berbunyi “barang siapa yg tidak memilih Partai Golkar, maka telah menghianati allah, rasul dan umat islam” kalimat ini tersebar secara massif dalam banyak media publik saat itu. 
 
Wawan nampaknya ingin mengembalikan “kemuakan” publik terhadap politisasi Tuhan masa lalu, dengan menyandingkan ingatanya dan  “menguliti” isi teks Khutbah Ketua PCNU yang secara isi dan substansi sangat jauh dengan apa yang terjadi beberapa tahun kebelakang. 
 
Ketiga, tuduhan bahwa NU Indramayu seakan akan dinilai telah menjadi sub sistem politik dari partai pengusung Bupati merupakan tuduhan yang terburu buru, hal ini nampaknya dilakukan hanya untuk menyulut konflik internal dalam tubuh NU dan partai pengusung bupati, sementara kita mafhum bahwa dua organisasi ini mempunyai entitas sosial-politik dan agama yang secara fungsional berbeda. Sebab setahu saya banyak ragam warna masuk dalam rumah besar NU Indramayu dan apapun motifnya, memberi warna politik pada NU bukanlah persoalan yang mudah apalagi hanya berbekal isi Khutbah.
 
Keempat, Wawan Idris menafikkan pesan moral dan pesan religiusitas dalama seluruh isi khutbah, sebagai kiai dan pimpinan ormas agama, sebenarnya Kiai Mustofa sedang memberikan pesan dan penegasan bagaimana spirit Idul Adha dan korelasinya dengan konteks sosial-politik serta moral kekinian, bahkan dalam isi khotbahnya, Kiai Mustofa nyatanya mampu keluar dari mainstream khutbah yang hanya bicara pada sisi sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai subjek fundamentum dari kisah Idul Qurban dengan membawa konstruksi moral tertentu melalui aspek kesejarahan yang menyertainya.
 
Kelima, terkait isi khutbah yang membicarakan korelasi qurban dangan semangat membangun daerah yang menjadi point “politik” dalam narasi Wawan, dalam pandangan saya justru justru membuatnya menjadi semacam tuduhan “subversif secara moral” dengan tidak melihatnya secara utuh bagaimana konstruksi pesan itu disampaikan bersama dengan beberapa aspek teologis yang mendasarinya, dan  harusnya pesan ini dilihat dalam konteks kepentingan yang lebih luas, dimana agama menyiapkan seperangkat ajaran yang menuntun umat manusia untuk berbuat lebih baik dengan menjaga kehormatan diri dan wilayah teritorial hidupnya dengan cara memperbaiki akhlak, membangun optimisme serta menumbuhkembangkan rasa cinta. 
 
Kesimpulannya adalah ?
 
Opini bahwa Ketua PCNU Indramayu telah melakukan ” khutbah politik” lalu membangun harmoni dengan bupati dan partai pengusungnya, merupakan opini yang sengaja dilemparkan agar terjadi disharmonisasi dalam tubuh NU beserta seluruh perkakas organisasi yang ada.
 
Semantara dalam konteks relasi sosial kemasyarakatan, hal itu biasa terjadi dan tanpa harus dimaknai sebagai bentuk kompromi. Bupati sebagai pemimpin politik pemerintah dan Ketua PCNU sebagai pemimpin ormas dengan jamaah mayoritas bertemu dalam spirit moral yang sama ” membangun Indrmayu” apa yang salah dari isi Khutbah..??
 
Demikian, Wallohul Muwafiq Ilaa Aqwamithorieq
 
 
*) Penulis adalah Ketua LTN-NU Indramayu dan Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Indramayu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mau copas berita, silahkan izin dulu
Mau copas berita, silahkan izin dulu