Tradisi turun temurun masyarakat Kabupaten Indramayu disaat menghadapi bencana yang tak kunjung reda, dilakukan ritual “Baritan Tolak Bala”, seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Sukahaji, Blok Osnai Rt 001/004, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, guyub menggelar tradisi Kenduri atau baritan, tolak bala simbol tradisi para pendahulu yang masih terus dilestarikan dengan tujuan agar warga terhindar dari berbagai macam penyakit menular dan mematikan salah satunya agar pandemi Covid19 segera diangkat dari muka bumi.
Seperti diketahui, ritual Baritan adalah gelaran acara adat desa yang dilaksanakan untuk menolak wabah penyakit. Biasanya para tua desa (sesepuh) melaksanakan ritual Baritan ini pada hari Kamis Sore Jumat dengan mengumpulkan seluruh warga masyarakat setempat dengan membuat tumpeng disuguhkan di lokasi perempatan jalan strategis dengan memanjakan puji pujian kepada tuhan yang maha esa dan mengirimkan doa untuk sesepuh, leluhur dan orang tua yang telah meninggal dunia dilanjutkan dengan sedekah untuk tolak bala.
“Benar Masyarakat kami mengadakan Kegiatan tradisi baritan yang tujuannya konon untuk menolak bala dengan menerapkan Protokol kesehatan ketat, yakni memakai masker juga menjaga jarak,” tutur Ketua RT Wahyudin kepada Fokuspantura.com, belum lama ini.
Dalam kegiatan baritan kali ke dua tersebut terlihat setelah semua warga masyarakat berkumpul, seorang tokoh agama setempat mulai memimpin doa. Dengan kearifan lokal yang masih terpelihara, doa dibacakan dalam lantunan ayat ayat suci alquran (tahlilan) tepanjatkan kepada Tuhan maha kuasa kemudian ditirukan semua warga yang mengikuti baritan. Resonansi lantunan doa tersebut, seakan bergema merata ke seluruh desa, di bawah cahaya sinar mentara sore itu, Kamis(29/7/2021)
Warga desa masih percaya, kekuatan doa yang dipanjatkan bersama akan mendatangkan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa. Karenanya, setiap ada wabah di depan mata, mereka melakukan baritan pagebluk ataupun Baritan tolak bala
Setelah melakukan doa bersama, warga yang hadir langsung menyantap nasi dan lauk pauk yang dibawanya. Ada tradisi saling menukar takir, sehingga warga bisa merasakan hasil masakan warga lainnya. Karena masing-masing membawa dua takir, maka takir yang satu dimakan bersama usai doa. Dan takir satunya dibawa pulang untuk keluarga di rumah.
Warga setempat, Jaenal, menuturkan, tradisi baritan tersebut dimulai dengan memanjatkan doa (tahlilan) tujuannya agar wabah Pandemi Covid-19 segera hilang dan masyarakat bisa menjalankan aktifitas seperti sebelumnya.
“Kegiatan baritan diisi dengan membaca lantunan ayat suci alquran (tahlilan) kemudian bermunajat ikhtiar agar pandemi Covid-19 segera hilang dan Masyarakat bisa beraktifitas seperti biasa, “ujarnya
Sementara itu, Tokoh Masyarakat Sukahaji, Darya, mengatakan, merasa senang setelah mengikuti tradisi baritan, pasalnya dia berharap dengan lantunan munajat masyarakat setempat pandemi Covid-19 dapat segera menghilang.
” Senang sekali ikut tradisi baritan tolak bala, semoga dengan adanya tradisi baritan ini bisa mengusir wabah Pandemi Covid-19 dan segera berakhir,” pungkasnya