LOSARANG,(Fokuspantura.com),- Dampak curah hujan tak kunjung datang dan semrawutnya managemen pengelolaan air di Kabupaten Indramayu melalui saluran irigasi Cipelang BT 14 hingga BT 21, menyebabkan ribuan lahan di tiga kecamatan tak bisa tertolong bahkan gagal panen (puso). Kondisi itu terjadi diwilayah Kecamatan Losarang, Gabuswetan dan Kandanghaur.
Informasi yang diperoleh Fokuspantura.com menyebutkan, Pemkab Indramayu melalui Dinas PUPR telah meminta kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung untuk menggelontorkan air demi keselamatan ribuan lahan pertanian di tiga Kecamatan. Sejak tanghal 6 – 15 Juli 2018 dan diperpanjang lima hari berikutnya, gelontoran air dari Bendung Rentang dimulai dengan debit air mencapai 25 meter kubik per detik. Namun upaya itu oleh Dinas PUPR Indramayu diberlakukan sistem gilir giring dengan harapan dapat menyelesaikan masalah kekeringan lahan di tiga Kecamatan. Fakta yang terjadi sampai dengan saat ini, Kecamatan Kandanghaur sekitar 1.300 hektar lahan pertanian gagal panen, Kecamatan Gabuswetan sekitar 473 hektar gagal panen dan Kecamatan Losarang sekitar 2.300 lahan pertanian terancam gagal panen (puso).
Camat Kandanghaur, Iim Nurohim mengatakan, dampak kekeringan lahan di wilayah Kecamatan Kandanghaur disebabkan Kementerian PUPR melakui BBWS Cimanuk Cisanggarung lebih memperioritaskan sarana pendukung kegiatan nasional Asean Games yang ahirnya banyak menyita waktu untuk gelontoran air dari Rentang menuju jalur Cipelang lima hingga wilayah pintu BT 21 kurang dari 10 jam per hari. Sehingga menyebabkan gelontoran air dijalur saluran tersebut kurang maksimal sejak Mei lalu.
“Dibutuhkan intervensi pemerintah pusat agar ada solusi sehingga petani tidak dirugikan. Kita dukung asian games, tetapi petani juga bisa panen dan sejahtera,” tuturnya kepada Fokuspantura.com baru – baru ini.
Dengan kondisi yang sudah memprihatinkan, menyebabkan sekitar 1.300 hektar lahan pertanian diwilayah Kecamatan Kandanghaur yang ditopang pengairan dari Bendung Rentang mengalami gagal panen.
“Kondisi puso terjadi di lahan Desa Wirakanan, Wirapanjunan, Parean Girang dan Karangmulya,”tuturnya.
Senada, Kepala UPTD Pertanian Gabuswetan, Rois mengungkapkan, hingga tanggal 21 Juli 2018, lahan pertanian di wilayah Kecamatan Gabuswetan yang kondisinya terparah akibat tanaman mati terjadi di Desa Rancahan Blok Plasah dan Desa Sekarmulya.
Kedua desa tersebut, kata Rois kondisinya sudah tak dapat tertolong lagi. Jika upaya PUPR Indramayu dibantu jajaran Koramil Gabuswetan mengupayakan gelontoran air, kondisi tanaman sudah tidak memungkinkan.
“Ada sekitar 473 hektar lahan puso di dua desa tersebut, kondisi tanamannya sudah layu dan mati,”terangnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Pertanian Losarang, Warum mengatakan, sampai saat ini kondisi lahan pertanian diwilayahnya yang tarancam gagal panen sekitar 2.300 hektar . Lahan kawasan paling terparah sekitar 450 hektar terjadi di Desa Ranjeng, Muntur, Losarang dan Puntang. Namun pihaknya masih menunggu keajaiban alam berharap turun hujan.
“Kami masih belum bisa prediksi luasan riil yang gagal panen, khawatir nanti malam turun hujan,”tuturnya.
Namun, ia berharap, kondisi pintu air BT 14 Cikedung dapat difungsikan secara benar jika peruntukan gelontoran air saat ini diperioritaskan untuk penanggulangan kekeringan di tiga Kecamatan.