Fokus NewsFokus PanturaShinta Gusdur: Demokrasi di Indonesia Kendor dan Terancam Berantakan.

Shinta Gusdur: Demokrasi di Indonesia Kendor dan Terancam Berantakan.

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),-  Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, menggelar acara dialog dan sahur bersama masyarakat desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Jumat (02/06/2017). Kegiatan yang dihadiri sekitar 400 warga ini, merupakan program rutin yang diselenggarakannya setiap tahun dari kota ke kota se Indonesia sepanjang bulan puasa. Bahkan, kegiatan ini sudah berjalan 17 tahun dan menjadi gerakan bersama untuk mewujudkan bentuk keadilan dan perdamaian di negara ini. Dipilihnya Desa Totoran Kecamatan Pasekan ini, karena padat penduduk, selain mayoritas masyarakatnya merupakan petani tambak dan nelayan desa ini juga bisa menjaga persaudaraan antar agama.

Dalam dialognya, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menjelaskan, saat ini situasi bangsa diwarnai dengan maraknya fitnah, berita bohong (Hoax), ujaran kebencian dan permusuhan. Meski semua dibungkus dengan retorika dan simbol agama, tetap saja menunjukkan bahwa keberagaman masih sebatas simbol dan ritual, tidak sampai merasuki hati dan jiwa.

“Agama yang selama ini diyakini dapat memberikan rasa aman, ketentraman, ketenangan dan kedamaian bahkan dipakai sebagai penyulut pertikaian dan keresahan. Bahkan lembaga lembaga yang seharusnya menjadi pelindung bagi umat, justru malah menebar kebencian diantara sesame,” ucapnya.

Shinta menambahkan, Indonesia yang merupakan negara Bhineka Tunggal Ika, dengan beragam suku, budaya dan agamanya, menjadi kian sulit untuk menegakkan demokrasi. Kerukunan antar umat beragama, menjadi barang langka yang sukar didapat. Persaudaraan yang selama ini terjalin dengan baik, kembali menjadi kendor, dan terancam berantakan, akibat ulah sekelompok golongan yang haus kekuasaan.

“Semuanya itu menunjukkan betapa banyak diantara kita yang telah kehilangan akal, budi dan hati nurani. Batin manusia semakin kering dan membatu. Sinsitivitas kemanusiaan, sebagai cermin tingginya peradaban, telah hilang terdorong oleh arus informasi yang muncul secara tiba-tiba, serta gaya hidup yang tidak konduaif bagi berkembangnya kemanusiaan dan persaudaraan”, terangnya.

Oleh karena itu, Istri Presiden Ke empat, Abduurahman Wahid ini mengajak umat islam agar tidak mudah terpancing dengan isu isu yang berkembang saat ini, serta tidak perlu menghadapinya secara radikal dan emosional sehingga kehilangan daya kritis dan kearifannya.

“Dengan sikap seperti ini, kita akan bisa menunjukkan keutamaan islam, sebagai agama yang santun, yang rahmatan lil ‘alamin dan yang menerima pluralisme sebagai pijakan yang kokoh bagi kerukunan dan kesatuan bangsa yang fundamental”, tandasnya.

Shinta juga mengajak masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Indramayu, untuk selalu menyapa dan memberikan senyuman hangat kepada kaum pinggiran, kaum dhuafa dan sekelompok yang termarjinalkan yang merupakan saudara setanah air.

“Bersama mereka kita menata jiwa, menata bangsa, untuk menahan derasnya arus materialisme yang menggerus ketulusan dan kejujuran yang telah membuat hubungan antara manusia menjadi sangat rentan terhadap konflik dan perpecahan”, ajaknya.

Sementara itu, Ketua PC NU Kabupaten Indramayu, H. Juhadi berharap, kehadiran Ibu Shinta dalam momentum dialog dan sahur bersama dengan menggaungkan tema,”Dengan berpuasa, kita genggam erat nilai demokrasi dan kebhinekaan” ini, dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat Indramayu khususnya masyarakat Desa Totoran Kecamatan Pasekan, tentang kebinekaan dan kesejahteraan. Karena saat ini, ada kelompok orang yang menginginkan merubah kebhinekaan dan merubah pancasila yang dulunya dibangun oleh semua elemen bangsa dengan perjuangan penuh darah, jiwa dan raga dipertaruhkan.

“Kalau ada sekelompok orang yang ingin merubah pancasila yang merupakan dasar negara kesatuan RI ini, kita sebagai bangsa Indonesia, harus melawan dan menyadarkan mereka,” ajaknya.

Menurut Juhadi, negara Indonesia bukan negara agama, tapi negara Indonesia adalah negara yang masyarakatnya menjalankan agama. Karena dari dulu masyarakat Indonesia sudah membangun Ukhuwah persaudaraan. Menjalankan persaudaraan sesama agama, ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama islam, saudara setanah air.

“Apapun agamanya, apapun sukunya, tapi ketika merah putih adalah saudara kita semua. Masyarakat Indramayu dan NU sudah dari dulu, NKRI merupakan Harga mati”, tandasnya.

Acara dialog dan sahur bersama yang mengusung tema “Dengan berpuasa, kita genggam erat nilai demokrasi dan kebhinekaan” ini bertujuan untuk memperkuat tali persaudaraan dan kebersamaan antar umat manusia melalui kerjasama antar umat beragama dalam membangun solidaritas kemanusiaan, merawat nilai nilai kebhinekaan dan hidup berdemokrasi.

Kegiatan ini juga diharapkan, menjadi bagian dari pendidikan warga (civic education) tentang pentingnya menguatkan karakter bangsa Indonesia yang penuh toleransi dan saling menghargai serta menghormati perbedaan. Sehingga diharapkan akan afa kerjasama kemanusiaan dan anti kekerasan antar lintas agama dan budaya. (Abdul Jaelani).

ads

Baca Juga
Related

Inspektorat Jabar Telusuri Aduan Pimpinan DPRD Indramayu

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Kepala Inspektorat Jawa Barat, Eni Rohyani, menegaskan, pihaknya sudah...

Mendag Tekan Harga Bawang Putih Rp.20 Ribu Perkilogram

JAKARTA,(Fokuspantura.com),- Menteri Perdagangan RI. Enggartiasto Lukita sesumbar harga komoditas...

Polisi Serius Selidiki Pengadaan Masker 2,5 Juta

INDRAMAYU, (Fokuspantura.com),- Kasat Reskrim Polres Indramayu, AKP Luthfi Olot...

Pileg 2024, Partai Demokrat Indramayu Targetkan Tujuh Kursi

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Ketua DPC Partai Demokrat, Kabupaten Indramayu, Sri Budiharjo...
- Advertisement -

FokusUpdate

Popular

Mau copas berita, silahkan izin dulu
Mau copas berita, silahkan izin dulu